Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! Ratapan 3:22-23
Yeremia merasa tertekan, ia hanya murung sepanjang hari. Yerusalem terkepung, bangsanya berada di bawah paksaan. Dunianya seakan runtuh seperti istana pasir dihempas topan. Ia menyalahkan Allah atas tekanan emosional yang dirasakannya. Ia juga menyalahkan Allah atas rasa sakit pada tubuhnya. “Ia [Allah] menyusutkan dagingku dan kulitku, tulang-tulangku dipatahkan-Nya” (Ratapan 3:4).
Tubuhnya terasa sakit. Hatinya juga sakit. Imannya menciut … Ia tahu, betapa cepatnya ia tenggelam, maka ia mengalihkan pandangannya. “Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! ‘TUHAN adalah bagianku,’ kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya” (ayat 21-24).
“Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan …” Karena merasa ter- tekan, Yeremia mengubah pikirannya, mengalihkan perhatiannya. Ia mengalihkan pandangannya dari dunianya yang sedang dilanda badai kepada kebaikan Allah. Dengan cepat ia mengulangi janji yang terdiri dari lima hal ini. (Saya dapat membayangkan ia mengurutkan kelima hal ini dengan jarinya satu persatu.)
1.Kasih setia Tuhan tidak berkesudahan.
2.Rahmat-Nya tidak pernah habis. 3.Selalu baru setiap pagi.
4.Besar kesetiaan-Mu.
5.Tuhanlah bagianku.
Badai itu tidak berhenti, yang berhenti adalah keputusasaannya.-Fearless
Terima kasih, Juruselamat yang baik, untuk kasih setia-Mu. Terima kasih karena belas kasihan-Mu selalu baru setiap pagi. Terima kasih karena kesetiaan-Mu yang besar, bukan hanya kepada saya, melainkan juga kepada semua umat-Mu dari hari pertama penciptaan. Bila saya tergoda untuk merasa tertekan, biarlah saya memilih untuk memandang-Mu. Biarlah saya mengingat bahwa Engkaulah bagian saya. Biarlah saya berharap pada kasih-Mu yang tak berkesudahan, amin.