Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur. Kolose 4:2
Kebanyakan orang bergumul dengan doa. Kita lupa berdoa, dan kalaupun ingat, kita berdoa terburu-buru dengan kata-kata yang dangkal. Pikiran kita mengembara; pikiran kita hinggap dan ber- pindah-pindah seperti kupu-kupu di antara bunga-bunga. Mengapa begitu? Sebenarnya, doa bukan pekerjaan berat. Tempatnya bebas. Pakaian tidak ditentukan. Tidak dibutuhkan gelar atau jabatan. Namun sepertinya Anda harus berjuang keras untuk berdoa.
Bicara soal perjuangan, iblis memang berusaha mengganggu doa kita. Perjuangan kita dengan doa tidak sepenuhnya kesalahan kita. Iblis mengetahui ceritanya; ia melihat malaikat di sel penjara Petrus dan kebangunan rohani di Yerusalem. Ia mengetahui apa yang terjadi ketika kita berdoa. “Karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng” (2 Korintus 10:4). Iblis tidak terganggu ketika Max menulis buku-buku atau mem- persiapkan khotbah, tetapi lututnya gemetar ketika Max berdoa.
Iblis tidak tergagap atau tersandung ketika Anda berjalan masuk ke gereja atau menghadiri rapat majelis. Setan-setan tidak kalut ketika Anda membaca buku ini. Tetapi tembok-tembok neraka bergoncang ketika satu orang dengan hati tulus dan setia mengaku, “Ya, Allah, betapa agungnya Engkau.”
Iblis berusaha menjauhkan Anda dan saya dari doa. Ia mencoba menempatkan diri di antara kita dan Allah. Tetapi ia lari tunggang- langgang ketika kita maju. Karena itu, mari kita melangkah maju.
“Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu” (Yakobus 4:7-8). Yesus mendasarkan perkataan-Nya dan pekerjaan-Nya pada doa. Hal-hal yang ajaib terjadi bila kita melakukan hal yang sama.
-Max Lucado