Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus. Filipi 1:6
Orang-orang yang Penuh Pengharapan
Bila Anda melihat cukup lama, ada saja yang dapat Anda keluhkan. Begitulah yang dialami Adam dan Hawa. Bukankah memakan buah terlarang itu mencerminkan perasaan tidak puas? Walaupun dikelilingi oleh semua yang mereka butuhkan, mereka masih mengarahkan pandangan mereka kepada sesuatu yang tidak dapat mereka miliki. Mereka menemukan sesuatu untuk dikeluhkan. Para pengikut Musa juga begitu. Mereka dapat berfokus pada mukjizat: Laut Merah menjadi jalur penyeberangan, tiang api mengawal mereka pada malam hari dan tiang awan menemani mereka pada siang hari, manna memantulkan sinar matahari pagi, dan burung-burung puyuh bertebaran di perkemahan pada malam hari. Tetapi mereka malahan berfokus pada masalah mereka. Mereka terkenang-kenang kepada Mesir, memimpikan piramid, dan mengeluhkan kehidupan di padang gurun. Mereka menemukan sesuatu untuk dikeluhkan.
Bagaimana dengan Anda? Apa yang Anda lihat? Buah yang tidak boleh Anda makan? Atau jutaan buah yang boleh Anda nikmati dengan bebas? Manna atau kesusahan? Rencana-Nya atau masalah Anda? Karunia atau pekerjaan yang berat dan membosankan?
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (Filipi 4:8).
Ini lebih dari sekadar sikap mengambil hikmah di tengah kesulitan, lebih dari sekadar cara berpikir positif. Ini satu pengakuan bahwa kekuatan baik yang tidak tampak mendiami dan mengarahkan urusan manusia. Ketika kita melihat dengan cara seperti yang dikehendaki Allah, kita melihat tangan surga di tengah kesakitan, … Roh Kudus menghibur hati yang luka. Kita bukan melihat apa yang kasat mata, melainkan yang tidak kasat mata. Kita melihat dengan iman, bukan dengan daging, dan karena iman melahirkan harapan, kita termasuk orang-orang yang mempunyai harapan. Karena kita tahu bahwa hidup ini lebih dari sekadar yang tampak oleh mata.