Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. eFesus 1:22
Kepada manusia, Allah menunjuk Anak-Nya dan berkata, “Lihatlah pusat dari segalanya.” Allah membangkitkan dia [Kristus] dari kematian dan menem- patkan-Nya di takhta di surga, untuk mengatur jalannya alam semesta, segala sesuatu mulai dari galaksi sampai kepada pemerintahan, tidak ada nama dan tidak ada kuasa yang tidak tunduk kepada pemerintahan-Nya. Dan bukan untuk sementara, melainkan untuk selamanya. Ia yang berkuasa, menentukan segalanya. Di pusat semua ini, Kristus memerintah gereja. (Efesus 1:20-22, diterjemahkan bebas dari Alkitab versi The Messages)
Ketika Allah melihat ke pusat alam semesta, Ia tidak melihat kepada Anda. Ketika para petugas panggung surga mengarahkan lampu kepada bintang pertunjukan, saya tidak memerlukan kacamata gelap. Tidak ada sorotan lampu kepada saya.
Kita adalah orbit yang lebih kecil. Dihargai. Sangat dikasihi. Tetapi menjadi pusat? Inti? Sangat penting? Tidak. Maaf … Dunia tidak ber- putar mengelilingi kita. Kenyamanan kita bukanlah prioritas Allah. Memaksakan hal itu membuat keadaan menjadi tidak beres. Bila hidup adalah kenyamanan, bagaimana kita menjelaskan peristiwa-peristiwa menyakitkan seperti kematian, penyakit, kemerosotan ekonomi, atau gempa bumi? Bila Allah harus menyenangkan kita, maka bukankah seharusnya kita selalu disenangkan?
Apakah teori Copernicus bisa diubah? Mungkin tempat kita bukan di pusat alam semesta. Allah tidak harus menjadikan kita sebagai yang terpenting. Kitalah yang harus menjadikan Allah sebagai yang ter- penting. Ini bukan tentang Anda, juga bukan tentang saya. Ini semua tentang Dia.