Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. Kisah paRa Rasul 1:8
“Kamu Akan Menjadi Saksi-Ku”
Orang yang bertubuh tinggi di sana—itulah Petrus. Logat Galileanya kental. Kulit tangannya tebal karena terbiasa memegang jala. Ia adalah orang yang keras kepala. Tangkapan terbesar dalam hidupnya selama ini hanya berkenaan dengan sirip dan insang. Aneh, bukan? Orang yang akan memimpin pekerjaan Allah yang besar lebih banyak mengetahui tentang ikan bas dan dermaga daripada tentang budaya Romawi atau para pemimpin Mesir. Dan sahabat-sahabatnya: Andreas, Yakobus, Natanael. Mereka tidak pernah bepergian lebih jauh dari jarak satu minggu perjalanan dari rumah. Mereka tidak pernah mempelajari budaya Asia maupun Yunani. Sebenarnya, apa yang mereka miliki? Kerendahan hati? Mereka berebut jabatan kabinet. Petrus menyuruh Yesus melupakan salib. Kepekaan? Yohanes ingin membakar habis orang-orang kafir. Kesetiaan? Ketika Yesus membutuhkan dukungan doa, mereka mendengkur. Ketika Yesus ditangkap, mereka melarikan diri. Berkat kepengecutan mereka, Kristus mempunyai lebih banyak musuh daripada sahabat ketika dihukum mati. Namun lihat mereka enam minggu kemudian, berdesakan di loteng sebuah rumah di Yerusalem, ramai seperti baru memenangkan tiket menonton pertandingan final Piala Dunia. Saling memberi salam dengan gembira. Bertanya-tanya tentang maksud Yesus dengan Amanat Agung-Nya: “Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kisah Para Rasul 1:8). Kamu, orang dari kampung kecil akan menjadi saksi-Ku. Kamu, orang tak berpendidikan dan bersahaja, akan menjadi saksi-Ku.