Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini! maRKus 9:24
Perhatian Orangtua
Yairus adalah seorang pemimpin di Kapernaum, “seorang kepala rumah ibadat” (Markus 5:22). Walikota, uskup, dan komisaris par- lemen, semua dalam satu orang. Kalau saja kota itu akan menyambut seorang tamu kehormatan, pasti orang itu yang diutus. Tetapi ketika Yairus mendekati Yesus di tepi pantai Galilea, ia tidak mewakili desanya; ia memohon demi anaknya. Keadaan yang mendesak membuatnya kehilangan formalitas. Ia tidak memberikan salam ataupun pujian, hanya permohonan dalam keadaan panik. Alkitab mengatakan: “Tersungkurlah ia [Yairus] di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: ‘Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letak- kanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup’” (ayat 22-23). Yairus bukan satu-satunya orangtua yang memohonkan kesembuhan anaknya kepada Yesus. Seorang perempuan berseru-seru di perbukitan Kanaan: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita” (Matius 15:22). Ayah dari seorang anak laki-laki meminta tolong kepada murid-murid, lalu kepada Yesus. Ia berseru sambil berlinang air mata, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Markus 9:24). Seorang ibu dari Kanaan. Seorang ayah yang anaknya menderita epilepsi. Yairus. Ketiga orangtua ini tanpa disadari membentuk suatu masyarakat Perjanjian Baru: orang tua yang bergumul demi anak yang menderita. Dalam keputusasaan, mereka datang kepada Kristus. Dan Yesus menanggapi. Ia tidak pernah berpaling.
Kebaikan-Nya yang konsisten mengantarkan pesan: Yesus memer- hatikan keprihatinan di hati orangtua.